Ngga bisa dipungkiri lagi, bahwa titik awal dari kemajuan sains dan teknologi didunia ini, terjadi pada tahun 1969. Saat itu, Apollo XI berhasil mendarat di bulan untuk pertama kalinya, bersama dengan ketiga awak astronot dari NASA, yaitu Neil amstrong, Michael Collins, dan Buzz Aldrin.
Tapi yang namanya manusia, selalu ada aja celah yang bisa diperdebatkan. Banyak pihak yang mengatakan bahwa keberhasilan Apollo XI tersebut hanya merupakan sebuah kebohongan publik aja. Beberapa organisasi sains dan teknologi pun kemudian mencoba membongkar kebohongan tersebut, dan mengangkat topik ini menjadi konspirasi terbesar dalam sejarah manusia.
Benarkah Apollo XI berhasil mendarat dibulan?
Dengan asumsi bahwa pengetahuan teknologi yang dikuasai oleh manusia pada tahun 1969 belum memadai, beberapa oknum mempercayai bahwa misi Apollo XI ini sebenarnya hanya sebuah gertakan kepada Uni Soviet. Karena, pada tahun tersebut, Amerika masih terlibat perang dingin dengan Uni Soviet.
Ada kemungkinan bahwa Amerika melakukan sebuah "kecurangan" untuk memenangkan perang dingin melawan Uni Soviet, dengan cara membuat sebuah proyek rekayasa yang mengambil setting pendaratan dibulan. Langkah ini diambil karena Uni Soviet dengan Vostok 1-nya bersama Yuri Gagarin, sudah terlebih dahulu berhasil melakukan perjalanan ke luar angkasa untuk pertama kalinya.
Sebuah persaingan yang sangat jelas terbaca, ketika Amerika kemudian mati-matian untuk membuktikan bahwa mereka lebih hebat daripada Uni Soviet. Kalau Uni Soviet hanya berhasil melakukan perjalanan ke luar angkasa, maka Amerika ingin membuat sejarah yang lebih hebat, dengan cara mendaratkan manusia ke bulan untuk pertama kalinya.
Apakah ambisi tersebut bisa menguatkan dugaan "rekayasa" ini?
Bagi penganut paham konspirasi, tentu saja ambisi ini sangat mungkin dijadikan sebagai latar belakang pemalsuan proyek Apollo XI. Foto-foto mengenai misi tersebut pun, kemudian menjadi bukti tersendiri bagi beberapa oknum dalam membuktikan bahwa Apollo XI ngga pernah sampai ke bulan, alias fotonya palsu.
Disini, kita akan menggunakan gaya penulisan tanya jawab untuk mempermudah kalian membaca dan melihat dari sudut pandang yang berbeda. Kita meminjam nama Upin dan Ipin sebagai tokoh dari tanya jawab kita.
Upin berperan sebagai Penganut Konspirasi, dan Ipin akan berperan sebagai orang yang mempercayai bahwa Apollo 11 benar-benar mendarat di Bulan.
Dimana Bintangnya..? Upin : Coba lihat foto di atas deh.., koq ngga ada bintangnya sama sekali?, Logikanya, tanpa atmosfer, otomatis langit Bulan akan menjadi sangat gelap, dan objek-objek terang seperti bintang, harusnya bisa terlihat dengan jelas kan..?
Ipin : Penjelasannya sangat sederhana. Selain permukaan bulan yang sudah mengeluarkan cahaya-nya sendiri, film dengan kualitas terbaik pun tidak akan dapat memperlihatkan dua objek (terang dan gelap) secara bersamaan. Dalam kasus ini, pakaian astronot adalah objek yang terang, yang di fokuskan dalam pengambilan gambar.
Story Mugrave, seorang astronot yg telah terbang keluar angkasa sebanyak enam kali, mengatakan bahwa ketika ia berada diluar pesawat , dibawah sinar matahari yang terang, ia tidak dapat melihat bintang-bintang. Namun ketika pesawat berada di dalam bayangan bumi dan matanya dapat beradaptasi dengan lingkungan yg lebih gelap, pada saat itulah dia dapat melihat bintang.
Mengapa Bayangannya Tidak Paralel..? Upin : Duh, yang benar saja nih foto.., masa bayangannya ngga sama sih? kan keliatan banget ngibulnya.
Ipin : Bayangan itu tidak paralel karena hanya diterangi satu sumber cahaya yg jauh seperti matahari. Namun, hal itu benar jika kamu berada dipermukaan yang rata dan tidak berefek 3 dimensi. Jika kita mencoba memperlihatkan realitas 3 dimensi pada permukaan yg tidak rata di dalam foto dua dimensi yg memiliki kontras, bayangan jatuh ke arah yg sedikit berbeda.
Jangankan di Bulan, sebenarnya dibumi pun, hal tersebut bisa terjadi. Tidak paralelnya sebuah bayangan yang dihasilkan bisa jadi karna permukaan yang berbeda. Misalnya satu bayangan jatuh di daerah yang rata sedangkan satunya lagi jatuh pada daerah yang miring. Jika dilihat dari samping, maka akan tampak 2 bayangan yang tidak parallel.
Ini ada contohnya :
Kenapa Bendera Bisa Berkibar..? Upin : Mengapa bendera bisa berkibar ditempat yang hampa udara seperti bulan. Logikanya, bendera dapat berkibar apabila ada angin, karena hanya udara yang bergeraklah yg dapat mengibarkan bendera.
Ipin : Jadi menurut kamu, foto ini diambil dalam studio? Oke, kita anggap saja demikian. Foto ini benar disetting dalam studio. Tapi, seharusnya juga tidak ada angin di dalam studio film kecuali jika kipas angin dihidupkan. Jika ada cukup banyak angin di studio film, sehingga bendera bisa berkibar , logikanya, angin itu juga pasti akan menggerakkan debu-debu di kaki mereka.
Untuk bisa berkibar, bendera tidak selalu membutuhkan angin. Setidaknya di ruang angkasa hal inilah yang terjadi. Pada kondisi di Bulan, bendera dipancangkan bukan hanya pada tiang vertikal, tapi terdapat juga tiang horizontal yang ditambahkan di bagian atas bendera, sehingga bendera tersebut tampak tergantung dan merentang.
Selain itu, permukaan Bulan yang keras mempersulit pemancangan tiang bendera, sehingga para astronot harus memutar tiang tersebut maju mundur agar bisa ditanamkan di tanah bulan. Akibat gerakan ini, bendera tersebut berkibar, atau yang sebenarnya lebih tepat jika disebut bergetar. Di Bumi kibaran bendera terjadi beberapa detik dan diperlambat oleh udara, tapi kondisi vakum di Bulan menyebabkan gerakan bendera tersebut tidak akan berhenti karena tidak ada gaya dari luar yang menghentikannya
Sesungguhnya, bendera yg berkibar itu justru membuktikan bahwa para astronot memang berada di Bulan. Bendera itu bergoyang karena baru saja dipasang. Dan terus bergoyang selama beberapa waktu dengan cara yang tidak biasa karena gravitasi Bulan 1/6 gravitasi Bumi, dan karena tidak ada udara di bulan untuk segera menghentikan gerakan bendera.
Mana Kawahnya..? Upin : Pada foto yang lain, tidak tampak adanya lubang bekas semburan roket (kawah) pada lokasi pendaratan. Untuk roket seukuran Apollo seharusnya semburannya dapat menimbulkan lubang yang besar pada permukaan Bulan. Jadi, bagaimana bisa roket mendarat mulus tanpa membekaskan jejak besar?
Ipin : Untuk melakukan sebuah pendaratan tentu tidak dilakukan dengan kecepatan tinggi tapi dengan kecepatan yang diperlambat. Tidak ada satu orangpun yang memarkirkan mobilnya dengan kecepatan 100 km/jam. Hal yang sama berlaku juga pada Apollo 11. Semburan roket memiliki dorongan 5000 kg, tetapi roket tersebut diperlambat sampai sekitar 1500 kg saat mendekati permukaan.
Dengan diameter pipa pengeluaran roket sebesar 54 inci (dari Ensiklopedia Astronautica), dan ukuran roket sekitar 2300 inci persegi, semburan roket hanya menimbulkan tekanan sekitar 0.75 kg /inci persegi. Tekanan sebesar ini tidak akan sampai menimbulkan jejak lubang yang besar.
Hasil foto-foto yang diambil di Bulan juga memperlihatkan adanya bayangan yang kurang gelap. Obyek yang seharusnya gelap karena berada dalam daerah bayangan, tetapi dalam foto dapat jelas terlihat, termasuk tulisan di sisi pesawat.
Jika Matahari merupakan satu-satunya sumber cahaya, dan tidak ada udara yang dapat menghamburkan cahaya, seharusnya bayangan yang terjadi sangat gelap. Sebuah persepsi yang salah. Memang ini bukan di Bumi dan cahaya Matahari tidak dapat dihamburkan dalam kondisi hampa udara. Tapi di Bulan masih ada sumber cahaya lain yang berasal dari Bulan sendiri. Debu di Bulan memiliki sifat yang khas: yaitu memantulkan kembali cahaya ke arah sumber cahaya berasal.
Kenapa Transmisi Suara Tidak Memiliki Jeda?Upin : Mengapa Transmisi suara dari bulan ke bumi tidak ada jedanya sama sekali, padahal semestinya kira-kira 5 detik, baru sampai ke bumi?
Ipin : Transmisi audionya sebenarnya ada jeda. Suara dari bulan ke transmisi bumi mempunyai jeda, sedangkan konfirmasi dari bumi lah yang tidak memiliki jeda. Itu jelas karena transkrip tersebut dicatat dari bumi. Contohnya pada potongan transkrip berikut :
102:41:12 Duke: Eagle, you’ve got 30 seconds to P64
102:41:19 Aldrin: Roger. (Pause)
102:41:27 Duke: Eagle, Houston. Coming up 8:30; you’re looking great. (Pause)
102:41:35 Armstrong: (Garbled) 64.
102:41:37 Duke: We copy. (Long Pause)Coba liat antara line 1 dan 2, ada 7 detik berlalu setelah mission control (Duke) memberikan informasi sampai terdengar konfirmasi dari Aldrin, waktu yang lebih dari cukup untuk gelombang elektromagnetik merambat ke bulan dan kembali lagi ke bumi. (jarak bumi ke bulan sekitar 360 ribu km, kecepatan cahaya sekitar 300 ribu km/s bolak balik cukup sekitar 2,4 detik saja)
Tapi coba perhatikan hanya ada 2 detik berlalu setelah informasi dari Armstrong dan konfirmasi dari mission control waktu yang juga lebih dari cukup untuk gelombang suara merambat dari speaker mission control ke telinga Duke lalu merambat dari mulut Duke ke mic dihadapannya.
Lalu Bagaimana Dengan Masalah Sabuk Radiasi Van Allen ? Kenapa Apollo Bisa Melewatinya? Upin : Untuk mencapai bulan , astronot harus melewati Sabuk Radiasi Van Allen, yang bisa menghasilkan jumlah radiasi cukup fatal, bagaimana mungkin mereka dapat selamat?
Ipin : Radiasi adalah hal yang tidak terlalu diperhatikan NASA sebelum penerbangan pertama, namun mereka menginvestasikan jumlah yang cukup besar untuk penelitian ini, dan menentukan bahwa resikonya minimal. Apollo memerlukan satu jam untuk melewati sabuk radiasi untuk berangkat dan kembali lagi. Total radiasi yang diterima astronot sekitar satu rem. Orang akan mengalami kesakitan pada radiasi 100-200 rem, dan kematian pada radiasi 300+ rem. Jelas dosisnya memiliki rentang yang sangat jauh untuk dianggap beresiko.