Baru-baru ini UNESCO kembali merilis daftar Situs Warisan Dunia terbaru. Dari 15 situs yang baru dinobatkan sebagai warisan dunia tersebut, enam di antaranya berada di wilayah Asia Pasifik yang jaraknya tidak jauh dengan Indonesia.
Setiap tahun, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), mengumumkan berbagai tempat baru di dunia yang termasuk ke dalam daftar Situs Warisan Dunia (World Heritage Sites). Program yang dimulai sejak 16 November 1972 itu bertujuan untuk mendata, menamakan, dan melestarikan tempat-tempat yang sangat penting agar dapat menjadi warisan dunia serta dapat dinikmati generasi yang akan datang.
Inilah keenam Situs Warisan Dunia di Asia Pasifik tersebut.
1. Penjara Koloni Inggris di Australia
Kerajaan Inggris membangun ribuan penjara di Australia sepanjang abad 18 dan 19. UNESCO menetapkan 11 di antaranya sebagai Situs Warisan Dunia yang lokasinya tersebar di Sydney, Tasmania, Norfolk Island, dan Fremantle. Penjara-penjara itu digunakan untuk menahan ribuan orang Eropa yang dijatuhi hukuman oleh pemerintah Inggris. UNESCO memilihnya sebagai salah satu Situs Warisan Dunia sebagai monumen pemindahan narapidana dalam jumlah besar yang sekaligus menandakan ekspansi kolonial Eropa.
2. Monumen Bersejarah Dengfeng di China
Terletak di kaki Gunung Songshang di Provinsi Henan, China, terdapat delapan gugusan bangunan dan situs kuno yang berada di area seluas 40 kilometer persegi. Dari 13 struktur bangunan dan situs tersebut, di antaranya adalah Kuil Shaolin, tempat lahirnya Buddhisme Zen dan kungfu; Akademi Songyang, salah satu pusat pembelajaran tertua di China; dan kuil Songyue, tempat berdirnya pagoda bata tertua di China. Seluruh bangunan dan situs yang ada di wilayah itu merefleksikan beragam cara dalam mempersepsikan pusat langit dan Bumi serta kekuatan gunung sebagai pusat kebaktian agama.
Terletak di kaki Gunung Songshang di Provinsi Henan, China, terdapat delapan gugusan bangunan dan situs kuno yang berada di area seluas 40 kilometer persegi. Dari 13 struktur bangunan dan situs tersebut, di antaranya adalah Kuil Shaolin, tempat lahirnya Buddhisme Zen dan kungfu; Akademi Songyang, salah satu pusat pembelajaran tertua di China; dan kuil Songyue, tempat berdirnya pagoda bata tertua di China. Seluruh bangunan dan situs yang ada di wilayah itu merefleksikan beragam cara dalam mempersepsikan pusat langit dan Bumi serta kekuatan gunung sebagai pusat kebaktian agama.
3. Observatorium Kuno di India
Jantar Mantar di Jaipur, India merupakan observatorium terbesar dan tertua yang dibangun pada awal abad ke-18. Seluruh bangunan terbuat dari batu lokal dan marmer yang masih terjaga dengan baik hingga saat ini. Bangunan ini dirancang dengan menerapkan inovasi arsitektural dan instrumental agar dapat digunakan untuk mengamati posisi astronomis benda-benda langit dengan mata telanjang. Hal yang menarik adalah Samrat Yantra, jam matahari setinggi 27 meter masih memiliki tingkat akurasi hingga dua detik.
Jantar Mantar di Jaipur, India merupakan observatorium terbesar dan tertua yang dibangun pada awal abad ke-18. Seluruh bangunan terbuat dari batu lokal dan marmer yang masih terjaga dengan baik hingga saat ini. Bangunan ini dirancang dengan menerapkan inovasi arsitektural dan instrumental agar dapat digunakan untuk mengamati posisi astronomis benda-benda langit dengan mata telanjang. Hal yang menarik adalah Samrat Yantra, jam matahari setinggi 27 meter masih memiliki tingkat akurasi hingga dua detik.
4. Desa Hahoe dan Yangdong di Korea Selatan
Dibangun pada abad 14-15, Desa Hahoe dan Yangdong yang berada di Provinsi Gyeongsang Utara, dinobatkan sebagai wakil utama budaya klan bersejarah di Korea. Di kedua desa tersebut, rumah-rumah kaum aristokrat yang tertata dengan baik masih terjaga kondisinya hingga saat ini. Selain itu, terdapat pula akademi-akademi yang mencerminkan budaya Konfusius dari Dinasti Joseon. Lokasinya yang dikelilingi gunung-gunung, padang rumput dan sungai, telah menginspirasi banyak penyair dari abad ke-17 dan 18.
Dibangun pada abad 14-15, Desa Hahoe dan Yangdong yang berada di Provinsi Gyeongsang Utara, dinobatkan sebagai wakil utama budaya klan bersejarah di Korea. Di kedua desa tersebut, rumah-rumah kaum aristokrat yang tertata dengan baik masih terjaga kondisinya hingga saat ini. Selain itu, terdapat pula akademi-akademi yang mencerminkan budaya Konfusius dari Dinasti Joseon. Lokasinya yang dikelilingi gunung-gunung, padang rumput dan sungai, telah menginspirasi banyak penyair dari abad ke-17 dan 18.
5. Dataran Tinggi di Sri Lanka
Kawasan ini dipilih UNESCO karena nilai ekologisnya. Hutan di pegunungan ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang beberapa di antaranya terancam punah seperti langur (monyet kecil) berwajah ungu, leopard Sri Lanka, dan loris Daratan Horton. Daerah pegunungan yang meliputi tiga kawasan yang dilindungi tersebut juga memiliki ekosistem yang unik. Pohon-pohonnya yang melingkar dan “cebol” berbeda dari ketinggian pepohonan di hutan dataran rendah di daerah sekitarnya.
6. Benteng Kerajaan Thang Long di Vietnam
Benteng ini dibangun pada abad 11 oleh dinasti Ly Viet di atas reruntuhan benteng China yang dibangun pada abad ke-7 di atas daratan yang dikeringkan dari delta Sungai Merah di Hanoi, Vietnam. Benteng ini menjadi pusat kekuasaan politik di wilayah tersebut selama 13 abad. Bangunan tersebut merefleksikan budaya Asia Tenggara yang unik dan spesifik di daerah lembah Sungai Merah dengan pengaruh persilangan budaya yang kuat dari China di utara dan Kerjaan Kuno Champa di selatan.
Kawasan ini dipilih UNESCO karena nilai ekologisnya. Hutan di pegunungan ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang beberapa di antaranya terancam punah seperti langur (monyet kecil) berwajah ungu, leopard Sri Lanka, dan loris Daratan Horton. Daerah pegunungan yang meliputi tiga kawasan yang dilindungi tersebut juga memiliki ekosistem yang unik. Pohon-pohonnya yang melingkar dan “cebol” berbeda dari ketinggian pepohonan di hutan dataran rendah di daerah sekitarnya.
6. Benteng Kerajaan Thang Long di Vietnam
Benteng ini dibangun pada abad 11 oleh dinasti Ly Viet di atas reruntuhan benteng China yang dibangun pada abad ke-7 di atas daratan yang dikeringkan dari delta Sungai Merah di Hanoi, Vietnam. Benteng ini menjadi pusat kekuasaan politik di wilayah tersebut selama 13 abad. Bangunan tersebut merefleksikan budaya Asia Tenggara yang unik dan spesifik di daerah lembah Sungai Merah dengan pengaruh persilangan budaya yang kuat dari China di utara dan Kerjaan Kuno Champa di selatan.
0 comments:
Post a Comment